Sudah berapa lama anda menekuni fotografi ? Apakah semakin lama anda semakin menguasai semua fitur dan kelebihan kamera anda?
Semua pertanyaan di atas, sebenarnya juga layak saya tanyakan pada diri saya sendiri, karena selama ini, sudah berapa kali saya gonta-ganti kamera dan masih belum puas dengan hasil yang diperoleh dari setiap kamera. Sampai akhirnya saya mencoba menggunakan semua setting secara manual, dan menemukenali beberapa hal yang sebelumnya tidak saya ketahui seperti:
1. Histogram, ternyata memberikan informasi mengenai detil data digital yang terekam pada setiap foto yang saya buat. Makin banyak detil yang diperoleh, makin sedikit efek "spike" atau lonjakan populasi data pada tepi kiri (hitam/shadow) ataupun tepi kanan (putih/highlight), sehingga bisa dipastikan kalo foto yang dihasilkan secara keseluruhan punya detil lengkap pada seluruh luasan bidang foto yang dihasilkan.
2. Contrast vs Dynamic Range, setting yang satu ini, saling bertentangan, dimana semakin rendah kotrasnya, maka makin luas dynamic range yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya. Dynamic Range sendiri merupakan suatu kondisi dimana bagian shadow (gelap) merekam detil yang lebih "terlihat" dimana pada bagian highlight (terang) terekam cukup detil dan mendapatkan pencahayaan yang cukup. Sementara itu Kontras, lebih menggambarkan ruang graduasi warna yang semakin sempit, sehingga warna gelap cenderung lebih hitam, dan warna terang cenderung makin putih.
3. Exposure vs Brightness, dimana eksposure merupakan kombinasi ISA (Iso, Speed dan Aperture), sedangkan setting yang tersedia pada kamera adalah Brightness, yang memberikan kesempatan kepada kamera untuk memberikan amplifikasi (penguatan tingkat kecerahan) pada populasi warna yang masuk kategori mid-tone, yakni warna-warna selain hitam dan putih. Perlu di ketahui, bahwa eksposure yang dihasilkan langsung oleh kamera dengan kombinasi ISA, bisa dikoreksi dengan software aplikasi komputer, dimana efek yang dihasilkan adalah proses amplifikasi pada keseluruhan data warna (by pixel) dengan nilai yang setara. Artinya foto yang di naikkan eksposurenya akan menjadi lebih terang pada seluruh bidang gambar, tanpa memperhatikan bagian gelap dan terang.
4. RAW vs JPEG, merupakan format file yang berbeda, dimana format RAW merupakan format native, dimana format ini adalah format asli yang dihasilkan oleh kamera, sebelum diolah lebih lanjut, dan biasanya tampilan format RAW lebih flat dan saturasi warnanya kurang kuat. Sedangkan format JPEG adalah format non-native yang dihasilkan oleh kamera setelah melakukan prosesing terhadap hasil foto yang terekam oleh sensor kamera. Dengan demikian hasil foto dalam format JPEG adalah foto yang telah "diolah" oleh kamera sebagai mesin pemroses foto. Format RAW memungkinkan fotografer untuk melakukan editing lebih baik dan detil yang diperoleh lebih lengkap, sedangan JPEG merupakan hasil "olahan" kamera, yang tampil lebih baik dan lebih cerah, namun memiliki detil data yang lebih sedikit dibandingkan dengan format RAW.
5. Whitebalance vs Color Space, banyak kamera pro yang memberikan kesempatan bagi fotografer untuk melakukan setting ulang pada Color Space yang di inginkan, namun perlu diketahui bahwa Whitebalance juga menghasilkan color space yang berbeda. Pada umumnya kamera prosumer dan pocket hanya mampu memberikan fitur kontrol terhadap White balance saja. Whitebalance bukan bicara soal Color Space, namun white balance bisa memberikan tone warna yang akurat, agar pantulan warna putih dapat direkam oleh sensor kamera sebagai warna putih, sedangkan warna lainnya akan menyesuaikan. Itu sebabnya disebut sebagai whitebalance, karena tujuannya adalah menjadi warna putih yang seimbang.
No comments:
Post a Comment